napak tilas

napak tilas
by Syukri Wahid

Senin, 21 Mei 2018

Pak Menag apa yang kau cari..???

Pak Menag, apa yang kau cari ?

Sepertinya semakin dekat dengan pertarungan politik nasional 2019, kontraksi politik kian memanas. Tapi sikap yang diambil Istana semakin masuk dalam pembelahan ideologi publik, justru kian dalam.
Pelajaran pilkada DKI kemarin sejatinya harus diambil semua elemen elit dan publik, khususnya pihak Istana yang sedang berkuasa, sebab itu menjadi laboratorium politik ke depan. 
Seperti pihak kontra gerakan 212 menggiring opini menyeret dan membawa pada pertarungan identitas yang lebih luas, yaitu menjadi Islam vs Kebangsaan, Agama vs  NKRI, Bhineka Tunggal Ika vs Solidaritas Agama, Pancasilais vs Islamis, mulailah agama dibenturkan dengan Negara. 
Menurut saya itu tindakan fatal Istana, gagal mendiagnosa kebutuhan umat. Saat putaran kedua, framming awal tersebut malah menjadi bumerang bagi pengusung Ahok, sebab mereka justru butuh suara umat Islam.
Mulailah meminta dukungan partai-partai Islam seperti PKB dan PPP bahkan ormas Islampun tak ayal dijadikan lebelisasi untuk suara umat Islam bisa mendukung pasangan Ahok Djarot kemarin. 
Tak berhenti di situ, pasca-Pilkada DKI pihak Istana sepertinya terus lakukan tindakan-tindakan kontraprudiktif seperti memaksa terbitnya Perppu Ormas.
Kali ini menteri Agama menjadi sedikit seksi akibat pengumuman yang dibuatnya. Apa sih untungnya merelease daftar 200 Ulama atau Ustaz  yang direkomendasikan kepada publik?
Apa yang telah dilakukan negara sampai mengeluarkan rekomendasi tersebut malah membuat suasana menjadi gaduh baik di level elit apalagi di masyarakat. 
Di era digital, dimana akses person kesemua lini kehidupan menjadi terbuka lebar, tanpa terkecuali terkait dengan persoalan kebutuhan mereka akan pencerahan agama, sepeti akses ceramah para ustaz di media sosial, Youtube dan lain-lain.
Nama-nama ustaz seperti UAS, ust Adi Hidayat, Ust Bachtiar Nasir, ust Khalid Basalamah menjadi rujukan nitizen dan perlu dicatat mereka semua adalah ntiterorisme. 
Kegaduhan ini jangan Anda salahkan ke publik Pak Menag. Publik malah akan menilai Menag justru mulai bermain-main dengan emosi umat. Publik menilai rekomendasi 200 Ustad itu seolah upaya pemetaan sekaligus pecah belah dai dan jamaahnya. 
Pak Menag, bagaimana menurut Anda,  jika ternyata masyarakat lebih menginginkan para ustad yang justru ada diluar 200 nama tersebut? Apakah Anda bisa mencegah jika ada sesama Muslim saling menuduh?
Kenapa Anda undang ustaz di luar nama tersebut, akhirnya mereka ribut karena stempel negara tentang nama-nama tersebut seakan-akan di luar itu tidak direkomendasikan, seperti UAS contohnya.
Padahal UAS baru saja diberi penghargaan nasional dan ceramahnya dimanapun sesak dengan pengunjung bahkan TV Nasional sudah mengontrak beliau untuk waktu lama, lalu ada pula sebuah BUMN juga mengundang ustaz di luar nama tersebut, apa Anda mau tertibkan?
Pak Menag, kalau hanya 200 orang ustaz memangnya bapak bisa menjangkau kebutuhan ratusan juta kaum Muslimin di seluruh Nusantara?  Apakah Negara yang membiayai transportasi dan akomodasi para ustad yang mereka undang? Jadi apa sebetulnya manfaat merilis rekomendasi itu, selain menciptakan kegaduhan dan upaya perpecahan.
Berhentilah berspekulasi dengan kebijakan yang justru memperkeruh suasana umat di bawah. Belajarlah dari peristiwa kemarin, jangan pernah membenturkan umat Islam dengan Negara. Sebab membenturkan dan mengkotak-kotakkan umat Islam itu adalah warisan Belanda.

Jumat, 01 Desember 2017

KAU SALAH...Saudaraku !

KAU SALAH...saudaraku.

Saat tujuan menyatu dalam gelombang shaaf.
Saat perasaan terlembaga dalam barisan.
Saat misi bermuara menjadi Aksi.

Mereka adalah para tentara pemikirannya.
Mereka adalah para prajurit dari narasi nilai.
Mereka adalah air yang membah dari muara kebangkitan.

Kau rasakan anginnya yang kencang, yang bisa pindahkan gurun....

Tak perlu kau takut , sebab ini bukan kumpulan anarkis.
Jangan cemas, sebab hadirnya bukan untuk kerusakan.
Justru karena kerusakan, ketidakadilan kami ada.

Kelembutan telah memaksa kami untuk tegak.
Kesantunan telah instruksikan raga2 kami.
Diatas itu semua karena Allah swt adalah Rabb kami.

Jika hatimu tetap curiga, satu pesanku :

"KAU SALAH MENJADIKAN KAMI SEBAGAI MUSUH SAUDARAKU ?!"

#alumni212

Selasa, 26 September 2017

DIMANA PKI ???

DIMANA PKI ?

Adakah Tokoh PKI yang masuk dalam Panitia 9, perumus dasar negara kita ? Yang ada adalah perwakilan tokoh Kebangsaan dan Islam

Adakah tokoh PKI yang masuk anggota BPUPKI? Yang ada adalah 67 orang tokoh2 pergerakan Nasional dan daerah ditambah 7 perwakilan Jepang.

Adakah tokoh PKI yang masuk anggota PPKI, yang menyiapkan teknis kemerdekaan Indonesia ?, yang ada adalah 27 orang tokoh pergerakan Nasional , kebangsaan dan Agama

Adakah tokoh PKI yang mengawal kemerdekaan Indonesia?

LANTAS PKI DIMANA & NGAPAIN AJA ?

Dialah yang merusak kain Keindonesiaan yang telah di rajut pendiri bangsa  dengan pemberontakan 1948 saat Republik sedang sibuk pertahankan kemerdekaan menghadapi Agresi Militer Belanda, mereka menikam.dari dalam.

Merekalah yang merasa gagal berjuang lewat jalur politik struktural dan akhirnya ingin mengganti dasar negara dengan Komunisme pada pemgkhiatana G30S/PKI 1965.

MAU BERAPA KALI BARU KITA SADAR ???

Dari awal komunisme bukanlah orang tua kandung yang melahirkan anak bernama INDONESIA.

Sebab dia seperti mulut Buaya yang terbuka, kau tak tahu apakah dia sedang tersenyum atau siap-siap menerkammu.

Masih mau bilang PKi itu Hantu ?

Senin, 25 September 2017

HOAX dari dalam ISTANA

HOAX dari dalam ISTANA.

Para Jendral yang diculik lalu dibunuh karena dianggap telah membentuk DEWAN JENDRAL yang memiliki agenda untuk menggulingkan tahta  presiden Soekarno lewat menurut perwakilan PKI yang ada di kabinet kala itu atau via biro khusus PKI .

PKI  ternyata pakarnya pembuat FITNAH atau HOAX, mereka adalah maha guru dibidang itu , mereka pakar dalam agitasi dan propaganda.

Apalagi DN Aidit ketua PKI kala itu sudah  masuk kedalam jajaran  kabinet Presiden Sukarno . Tercatat dirinya pernah menjabat sebagai  menteri di kabinet KERJA  jilid 3 hasil reshuffle yang ke-2 dan pada saat gerakan G.30S/PKI dia terdaftar dalam jajaran kabinet DWIKORA 1 , karena posisinya sebagai wakil ketua MPRS.

Angin segar bagi PKI karena politik bung Karno sejak dekrit presiden tahun 1959, yaitu menampung ajaran Komunis dalam konsep NASAKOMnya membuat mereka tumbuh menjadi partai yang kuat.

Tak cukup dengan itu pada tahun 1960 dengan alasan para tokoh MASYUMI dianggap terlibat dalam PRRI , maka Sukarno membubarkan partai MASYUMI yang merupakan rival utama PKI , padahal MASYUMI sebagai partai pemenang ke-2 pada pemilu tahun 1955, tak pelak lagi aspirasi umat Islam kehilangan perahunya dan PKI merasa "bahagia" karena rival utama mereka telah hilang dari percaturan politik saat itu.

Tak cukup dengan itu , Sukarno membuka poros baru politiknya yaitu poros JAKARTA-PEKING, semakin memperjelas arah kebijakan Sukarno di "setir" oleh PKI dan puncaknya adalah Sukarno membubarkan DPR hasil pemilu dan membentuk nya dan mengangkat para ketua partai menjadi petinggi MPRS suatu jabatan setingkat Menteri non departemen dan di kabinet KERJA jilid 2 sampai 4 para tokoh PKI menduduki posisi penting.

HOAX bertebaran dari sana, dari dalam kabinet, HOAX masuk ke dalam istana dan diproduksi disana , dan berdampak kepada kebijakan Presiden Sukarno yang dianggap terlalu "menuruti" keinginan PKI.

PKI mendesak Presiden soekarno untuk membubarkan HMI karena dianggap anak kandung MASYUMI, meminta Soekarno membubarkan partai MURBA, ulama di kriminalisasi seperti Buya Hamka dll.

Mendesak presiden Sukarno untuk bentuk angkatan ke-5 untuk dipersenjatai dengan alasan HOAX menyiapkan perlawanan rakyat menghadapi Malaisya dan perjuangan Trikora, sekalinya buntutnya adalah menyiapkan kudeta para relawan dan Gerwani , itulah HOAX sejati.

Jangan-jangan banyaknya HOAX sekarang.....ciri-ciri, ah sudahlah.

Masih mau bilang PKI itu hantu?.

Rabu, 06 September 2017

SEPUCUK SURAT DARI ROHINGYA

SEPUCUK SURAT DARI ROHINGYA

Teruntuk saudaraku di Indonesia.
Assalamu Alaikum....

Entah mengapa harus kutulis surat ini untuk kalian, setidaknya mungkin kita punya akar sejarah yang sama, bahwa negara kita lahir dari rahim keterjajahan, kendati 3 tahun saja selisih negara kita menghirup udara merdeka atas penjajah, kalian lama di jajah oleh Belanda, sedangkan kami disini lama dijajah oleh Inggris dan yang sudah pasti alasan apa yang membuatku menulis surat ini untuk kalian bahwa Indonesia adalah tetangga kami yang mayoritas penduduknya Muslim .

Namun nyatanya sampai detik ini udara kemerdekaan tersebut justru menjadi awal petaka bagi kami, tanah yang sudah lama kami huni turun temurun sejak abad ke-12 hingga kini justru disaat Merdeka  konstitusi Myanmar menganggap kami bukan bagian dari etnis  bangsa Burma atau Myanmar.

Saudaraku di Indonesia...,
Oh iya, aku lupa perkenalkan diriku, namaku  Abdullah, banyak bukan nama ini di negerimu ?, aku tinggal di kamp pengungsian yang di kelola oleh lembaga kemanusian dunia di daerah Sittwe Rakhine dan kini aku terlibat dalam membantu mengurusi para pengungsi disini, padahal aku juga adalah seorang pengungsi seperti mereka.

Saudaraku, jika bisa aku memilih aku ingin dilahirkan di Negerimu saja yang indah, aku tak  ingin lahir disini, bagi kami kelahiran adalah kematian, apalah artinya lahir tapi seperti mayat yang berjalan, asing di tanah sendiri, kelaparan, dan tak punya "Negara" ,.padahal itu adalah hak asasi yang paling di jaga oleh dunia dan kini PBB telah mengatakan bahwa satu-satunya minoritas yang tertindas di atas dunia kini adalah etnis Rohingya?, tapi inilah aku yang ditakdirkan Allah lahir di sini, aku terima takdir dilahirkan disini saudaraku.

Maukah kalian bertukar denganku?, saat bayi-bayi kami terbunuh depan mata kami, mati karena tak ada fasilitas persalinan, mati karena di bantai pihak sipil dan junta Militer Myanmar, hidup tanpa kepastian. Aku iri dengan kalian, anak-anak kalian pasti segar bugar, hidup sehat , lahir tanpa ketakutan, ahh inginnya seperti itu ?, setiap tangisan bayi lahir kalian sambut dengan gembira, tapi justru kami sambut dengan tangisan disini, sebab dia akan memikul penderitaan sejak lahir, hidup terlunta-lunta ketakutan dalam hutan, berlari dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari rasa aman.

Akan tetapi berapa tahun silam aku heran saat menonton TV satelit pemberian Unesco , ternyata negara kalian adalah negara degan Abortus paling tinggi di Asean yah ?, kadang mengerikan ada bayi di temukan di buang di tempat sampah, dalam sungai,,,aku heran apakah kalian tidak menghargai sebuah nyawa disana?, apakah kalian juga rasakan penindasan seperti kami di sini?.

Sejak Merdeka disini, mulailah negara menempatkan kami menjadi "orang asing", mereka sebut kami adalah suku Benghali yang lebih mirip dengan Banglades, betapa susahnya kami menjadi warga negara saudaraku?.

Kami harus buktikan asal leluhur kami apa benar 3 keturunan diatas kami lahir disini?,   apalagi tahun 1984, setelah militer berkuasa proses kudeta di tahun 1967, jikapun kami telah dapat warga negara, untuk menikah kami harus peroleh ijin dan jumlah anak harus di batasi, kami harus kantongi ijin untuk anak kedua.

Saudaraku, tahukah kalian bagaimana kami menjadi asing di negeri kami sendiri, karena kami tidak diperbolehkan keluar dari negara bagian Rakhine, tidak boleh ke ibukota negara kami sendiri, tidak boleh keluar negara kecuali ke Banglades untuk jangka waktu tertentu, apalagi untuk ke Makkah menunaikan ibadah Haji, dan ini yang paling aku iri dengan kalian, sekarang aku dengar jamaah Indonesia tiap tahun bisa 200 ribuan orang, itu sama dengan jumlah kami yang ada di pengungsian di sini dan di perbatasan Banglades, sekiranya kita bertukaran, oh betapa rindunya bisa juga menegakkan rukun Islam ke 5 semudah kalian disana.

Saudaraku..., bagi rekan-rekan kami yang sudah dapat warga negara, tetap saja seperti menjadi masyarakat kelas 3, kami tidak diperbolehkan menjadi pegawai negeri disini, tidak boleh ada di tempat-tempat swasta dan negara, apa artinya hidup seperti itu saudaraku. Kami tidak mendapatkan hak pendidikan yang wajar, aku iri dengan kalian sekolah diwajibkan 12 tahun, sungguh kalian pasti pintar-pintar saudaraku.

Oh iya, aku harus berterima kasih dengan kalian, karena 5 tahun lalu pamanku ikut dalam rombongan pengungsi yang sampai di Aceh dan hidup dalam penampungan di sana, aku sangat berterima kasih, dia sempat bertutur bahwa rombongan 300an kala itu harus meninggal diatas kapal dan mereka buang jenasahnya dilaut, karena mati kelaparan.

Saudaraku...., lewat televisi juga, kami saksikan seluruh dunia membela kami, bahkan aku melihat saat itu di TV perdana menteri Malaysia ikut aksi demo di jalan menolak kekerasan pada kami, yang membuatku merinding di aksi jutaan orang di Rusia dan bahkan seorang presiden juga di Bosnia ikut memimpin aksi kutukan kekerasan pada kami, aku pasti yakin presiden kalian akan melakukan hal yang sama disana , begitu bukan?.

Aku juga membaca negara Turki mengajak puluhan negara untuk membawa isu ini ke sidang tahunan PBB akhir tahun ini, sungguh kami berterima kasih atas semua itu saudaraku.

Melihat kalian aksi di Indonesia, tak terasa air mata ini mengalir saudaraku, sebab penderitaan kami ternyata sudah sampai d dirasakan oleh kalian.

Oh saudaraku,,aku lupa memberitahumu bahwa ribuan kain sarung pemberian tokoh kalian saat itu, saat menjadi ketua PMI membawa sendiri ke sini dan aku masih sering pakai kain sarung pemberian kalian, oh iya kini beliau jadi wapres Indonesia yang aku tahu.

Saudaraku, entahlah sampaikan kapan ujung dari semua ini, aku masih trauma saat tindakan brutal tahun 2012 saat daerah kami kembali di serang, rumah di bakar, wanita kami di perkosa dan ada seorang perempuan yang sudah menjadi gila karena dia mohon maaf di perkosa oleh ulah oknum2 sipil dan militer. Apa salah kami, salahkan kami hidup sebagai Muslim disana,? Jumlah kami hanya 4 % dari populasi agama disana,kami hormati agama lain dan agama mayoritas disana yaitu Budha , tapi entahlah mereka kadang gunakan tangan-tangan biksu tersebut untuk membantai kami.

Saudaraku,, jangankan kalian, aku saja pesimis dengan Aung San syu kyii, walau dia menang 80 persen dalam pemilu, yang sering dia gaungkan ini adalah kemenangan sipil dan demokrasi, tapi itu hanya tinggal janji saat dia memimpin, lihatlah siapa yang menang di negara bagian Rakhine ? adalah dia, tapi justru dialah yang mendiamkan apa yang sedang terjadi, padahal dirinya sudah sering menjadi tahanan , tapi begitulah janji tinggal janji, akan perjuangkan hak rakyat Rohingya.

Saudaraku, aku harus piket untuk mengambil beberapa keperluan kamp pengungsian di distrik tetangga kami, hari semakin larut, entah kegelapan malam ini harus kami lewati untuk menyambut mentari pagi yang lebih baik, atau justru itu adalah hari kematian kami.

Salam rindu yang ingin tinggal di negerimu. Wassalam

(Monolog imajiner, untukmu saudaraku Rohingya)

Selasa, 29 Agustus 2017

Ibrahim muda & tua.


Tiada yang berubah pada dirinya,  dia tetaplah seperti Ibrahim as  yang  dulu, yang dengan tangan kecilnya kala itu berani hancurkan patung-patung berhala.

Dia masih seperti Ibrahim yang dahulu,
Kini dengan tangan rentanya di kala senja, ia letakkan pisau nan tajam pada leher sang anak.

Yah tiada yang berubah padanya , pada rentang usia remaja hingga tua renta dia adalah pencinta sejati hanya pada Allah.

jika dahulu saat remaja resiko hancurkan berhala berhujung kematian dengan cara di bakar, namun di saat tua menyembelih anak sendiri dia kehilangan anak yang sangat di rindukannya hadir diatas muka bumi ini.

Dia...adalah Ibrahim yang dulu.
Ibrahim yang tak kenal kompromi terhadap godaan.

Dia adalah Ibrahim muda yang terus teriakkan kebenaran, dan disaat tuanya pun demikian.

Oh...dimanakah ku mencari Ibrahim-Ibrahim itu kini,  Apakah kumampu teriakkan kebenaran dan memegangnya dahulu disaat muda dan menjadi hilang seiring umur ?.

Idealis di saat muda menjadi pragmatis di saat tua ?. Atau idealis sebelum memimpin dan menjadi pragmatis setelah memimpin.

Itulah sebabnya beliau  menjadi kekasih Allah swt, sebab seluruh satuan umurnya adalah cinta dan pengorbanan. Itulah sebabnya inti dari pekerjaan mencintai adalah pengorbanan.

Cerita Ibrahim as adalah cerita tentang bertemunya Cinta dan pengorbanan
bertemunya Rindu dan pembuktian
bertemunya Iman dan keteguhan.

Lantas bagaimana dengan kita ?

Rabu, 16 Agustus 2017

ALLAHU AKBAR & MERDEKA !!!

ALLAHU AKBAR & MERDEKA !!!.

Sudah cukup lama negeri ini kita huni dalam keberagaman dan saling menghargai, sebab Indonesia adalah mozaik indah tentang semua lukisan perbedaan.

Indonesia adalah pelangi perbedaan yang bersatu menjadi harmoni keindahan, sebab kita bersatu bukan karena jumlah dan warna kita yang satu, tapi justru karena kita berbedalah kita bisa rasakan nikmatnya  persatuan.

Indonesia adalah keranjang besar yang menampung semua identitas kebhinekaan kita. Biaya menyatukannya tidaklah sedikit saudaraku. Nyawa, darah, air mata, pengertian, keikhlasan, kepentingan bersama para pendahulu kita telah menjadi saksi.

Saudaraku....Bukan karena gemar teriakkan kata MERDEKA maka kita dibilang paling Nasionalis dan bukan karena kita suka pekikkan ALLAHU AKBAR maka kita dianggap  pengancam integrasi bangsa.

Sebab dahulu dua kalimat itu selalu beriringan keluar dari lisan-lisan para pejuang kita. Itulah yang membakar arek-arek Surabaya lewat pidato heroiknya Bung Tomo membakar pejuang di Surabaya dan seantero negeri ini.

Allahu Akbar......Merdeka.....!

Karena spirit Allahu Akbar dan pekikan Merdeka ibarat dua sisi koin mata uang yang tak terpisahkan. Seperti tulah...Merdeka dan Allahu Akbar.

Mereka para Pahlawan atas nama panggilan suci dan sekaligus mereka adalah  Nasionalis karena tak ingin sejengkal tanahnya di rampok para  penjajah.

Spirit kalimat itu yang memperpanjang usia keindonesiaan kita, Agama & kebangsaan , spritual & kepahlawanan , Religius & Nasionalisme.

Lalu mengapa kini, simpul kita mulai terasa terlepas?, lalu mengapa kohesi bangsa ini mulai tampak memudar?. Apakah kini kalimat itu sudah mulai kau benturkan ?, bahwa biarkan "Allahu Akbar" disana dan " Merdeka" disini ?,

Maukah engkau pisahkan ruuh di balik kalimat itu ?, pisahkan dulu matahari dari rasa panasnya !.

#DIRGAHAYUNEGRIKU
#72Tahun

Selasa, 25 Juli 2017

TUDUHAN YANG MAKNYUSS

TUDUHAN YANG MAKNYUSS.
(balada darunnadwah)

  Para petinggi Quraisy sudah kehabisan akal kali itu di majelis Darun nadwah (parlemen Quraisy),  dipimpin oleh Walid bin Mughirah sedang membahas tuduhan apa yang bisa mereka berikan kepada Muhammad saw agar para rombongan dari berbagai jazirah Arab yang masuk ke Makkah saat musim Haji bisa menjauhi Muhammad saw.

    Bagi Quraisy ini tentang agenda kepentingan mereka yang terganggu karena Risalah yang telah disampaikan oleh baginda Nabi saw dan mereka tak ingin kehilangan pamor dari para rombongan haji dari penjuru Arab , sebab ada ajaran baru yang dianggap membumihanguskan kepentingan mereka.

     Bagaimana kalau kita sebut Muhammad adalah seorang dukun ?, namun dibantah sendiri oleh Wahid, kita sungguh paham apa yang di ucapkan Muhammad, mulutnya tidak berkomat kamit seperti dukun.

     Bagaimana kalau kita anggap dia seorang yang gila?, justru kembali dibantah oleh Walid bin Mughirah, kita juga tahu seperti apa tindak tanduk orang gila dan Muhammad bukanlah seorang yang gila.

      Berbagai tuduhan sedang "dibuatkan" untuk beliau, tak penting benar atau akurat yang penting ada " alasan " untuk  memboikot beliau.
Sampailah pada akhirnya Walid bin Mughirah setuju kalau operasi kalimat yang paling tepat untuk disandangkan pada beliau adalah PENYIHIR.

   Supaya ilmiah cara menjawabnya, Walid meyakinkan para pemuka Quraisy, bukankah banyak putra putri kita yang terpisah dari Orang tuanya karena ajaran yang di bawanya?, bukankah hubungan kalian semua terputus karena banyak keturunan kalian yang jadi pengikutnya?, itulah bukti SIHIR Muhammad tegasnya.

Ini ibarat perkara mencari pelaku.
Ini ibarat tuduhan mencari subyek.
Yang penting misi berjalan dengan lancar.

       Apakah tuduhan yang disangkakan kepada Beliau malah membuat orang menjauh?, apakah malah membuat orang takut mendekatinya karena takut terkena sihir?.

         Semua media dimainkan dengan tenaga operator untuk membranding Nabi dengan tersangka seorang penyihir, maka jauhilah Muhammad !, spontan berita tersebut memviral di langit kota Makkah.

          Salah seorang rombongan dari Yaman, yang tadinya sama sekali tidak tahu ada yang bernama Muhammad di Makkah , yang memang niatnya datang ke Makkah untuk ibadah Haji, malah jadi penasaran dengan sosok yang dituduhkan penyihir ini.

         Semakin dituduhkan semakin banyak yang penasaran, begitulah makar yang dibuat mereka, tapi Allah swt sebaik-baik pembuat makar.

          Sang penyair dari Yaman tadi akhirnya luluh dihadapan Nabi,,apa iya orang ini disangka sebagai tukang sihir?, justru beliau nyatakan keislamannya , ketika dia pulang ke kaumnya dan sampaikan kedalamannya, kaumnya bilang sungguh engkau sudah terkena sihir Muhammad .

          Tidak semuanya tuduhan atau tersangka yang akan disandang oleh pembawa misi itu adalah musibah, tapi justru itu adalah pembenaran tentang jalan yang kelak di tempuh. Cuma boleh jadi tuduhan itu bukan lagi tukang sihir?, karena itu fenomena zaman saat itu, mungkin engkau akan sandang sederet gelar yang tak sesuai dirimu.

        Tuduhan tersebut justru membuka peluang Rasulullah  menjelaskan gamblang tentang ajaran yang beliau sampaikan.

          Dalam konteks kekinian cobalah juga belajarlah dari beras cap Maknyuss, dibilang beras Raskin atau Rastra, kenyataannya itu beras premium menurut seorang menteri dalam bantahannya.

Sekali lagi belajarlah juga dari tuduhan ke beras maknyuss yang dianggap rugikan negara, padahal petani bisa menjual dengan harga yang tinggi? dan beras tersebut masuk ke mekanisme pasar dengan harga pasar.

atau justru sekarang orang pada nyari beras maknyuss, termasuk saya yang sama sekali tidak tahu jadi ingin merasakannya beras tersebut, jangan-jangan dia benar2 maknyuss sesuai mereknya.

#maknyuss

Kamis, 04 Mei 2017

BUNGAKU SAYANG, BUNGAKU MALANG...

BUNGAKU SAYANG, BUNGAKU MALANG...

Mengapa bungamu tak wangi? Apakah kau ditanam dengan pupuk kebohongan?!

Mengapa bungamu tak sampai ke hati? Apakah kau dipetik di pekarangan kedustaan?!

Tak kutangkap rona bungamu yang segar, sebab kau petik dia dengan ambisi amarah.

Tak dapat kupajang dalam taman hati, sebab akarnya ganas seperti sang penista.

Oh bunga,,.kasihan dirimu, maknamu harus ternodai? Kau jadi alat pembawa pesan yang membuatku enggan tersenyum.

Dia katakan cinta lewat dirimu, tapi dia memetikmu dengan mulut yang kasar.

Dia sampaikan pesan toleransi yang agung, tapi dia memetikmu dengan menistakan ajaran suci.

Kau rayu orang dengan sihir katamu yang paling toleransi di jagad Nusantara ini. Sedangkan bunga itu jadi layu tak kuasa pikul wajah aslimu.

Atas nama bunga, kau anggap yang sedang mencari keadilan di negeri adalah pelawan hukum dan perusak negeri ini, sedang sang penista jadi simbol keagungan Pancasila dan simbol keutuhan NKRI.

Sejak kapan kau giring makna bunga, bahwa melawan sang penista adalah perusak negeri? Melawan sang penista adalah radikalisme.

Bagaimana mungkin kau berikan cinta lewat bunga, setelah kau rusakkan seluruh isi taman ini.

Ckckckck,,,mungkin simpan saja bungamu di depan mulutnya, biarkan dia tumbuh subur di sana, entah pupuk apa yang bisa membuatnya jadi subur.

Mungkin saja, pupuk dari tanah-tanah penjara penista agama. Oo bunga yang malang, kau ada hanya untuk layu...

Rabu, 19 April 2017

ARTI KEKALAHAN AHOK.


        Alhamdulillah semuanya adalah ketetapan dari Allah swt , lewat pertarungan pilkada DKI yang begitu tegang akhirnya pasangan no 3 Anies-Sandy Insya Allah dipastikan menjadi Gubernur baru Jakarta untuk 5 tahun kedepan.

        Saya justru tertarik dengan melihat apa arti  dibalik  kemenangan ini, mencoba mengambil pelajaran berharga pada pilkada ini bukan semata-mata dari tinjauan politik ansich. Kemenangan ini mengirim pesan begitu kuat kepada umat Islam secara umum dan para elit Islam politik di negeri ini.

     Beberapa catatan penting yang saya bisa tangkap sebagai berikut :

1.JANGAN TINGGALKAN SUARA UMMAT.
     Sudah jamak bagi kita bahwa seringkali Islam politik yang digerakkan oleh partai-partai Islam atau berbasis agama sering  dibenturkan dengan kepentingan pragmatisme sesaat. Para elit partai lebih memilih lakukan deal kepentingan singkat daripada memilih menangkap suara dukungan arus bawah umat.

   Kita bisa melihat bagaimana kegalauan kubu PPP dan PKB dalam putaran kedua, kendati banyak petinggi partai tersebut turut aksi dalam gelombang aksi bela Islam beberapa jilid kemarin bersama konstituennya, namun umat "terluka" atas keputusan justru petingginya mengalihkan dukungan ke kandidat yang "ditolak" oleh umat itu sendiri.

   Mungkin ini pelajaran penting bahwa, seringkali hanya kepentingan politik sesat kita justru tinggalkan basis suara pemilih kita sendiri, jangan salahkan akhirnya jika umat kehilangan selera dan referensi untuk mempercayai Islam politik, kita boleh berkuasa di atas atas mandat mereka, namun jika mereka sudah sakit hati cara mereka menghukum adalah dengan cara tidak memilih mereka.

2. UMAT ISLAM ADALAH BIG MARKET
   Demokrasi memaksa meraup suara terbanyak, karena itu pilihan untuk pasar suara tak terelakkan, Indonesia dan umat Islam adalah keniscayaan, memisahkannya adalah anomali sejarah, kendati kita sadar bahwa kaum muslimin baru menjadi pasar saja  belum menjadi pemain utama dalam mengatur pasar politik Indonesia,  belum menjadi subjek utama ,tapi hanya menjadi obyek saja.

   Itulah sebabnya dari berbagai paslon atau partai apapun pasti tak ketinggalan menggarap pasar yang sangat menggoda ini, perang simbol dan teknis mendekati umat menjadi lumrah dalam politik.

    Karena itu pelajaran Pilkada DKI ini harusnya jadi pelajaran penting bahwa saatnya mereka bangkit untuk tidak menjadi obyek pasar saja,,tapi kalau perlu  menjadi subyek pertama dalam pengarusutamaan politik di negeri ini.

     Mungkin bagi tim Ahok dengan bergabungnya sejumlah elemen umat Islam lewat simbol PPP, PKB atau  beberpa tokoh elit NU dianggap bisa sederhanakan bahwa pasar umat Islam akan diambil, kenyataannya?

3. KEKUATAN BARU ERA MILENIAL.
         Tak dipungkiri demokrasi kita telah memasuki di era yang tak kita temukan di periode-periode yang lalu, yaitu era milenial ditandai dengan jaringan informasi yang begjtu masif dan mudah diakses  secara langsung kepada masing-masing person.

            Mungkin suatu saat memasang iklan baliho di pinggir jalan disamping biaya besar dan harus dijaga terus akan ditinggalkan, sedangkan dengan sekali postingan di akun media sosial apapun jenisnya , belum lagi lewat broadcast via telegram, WA dan lain sebagainya begitu berdampak masif  luar biasa.

             Perang di dunia maya jauh lebih seru dan  sangat dinamis, tak seperti mungkin dulu pilkada pertama kali di gelar 2005. Kini kita sadar bahwa pilar demokrasi bisa bertambah yaitu media sosial.

            Salah satu dampak positifnya adalah efektifnya metode kampanye dan bahkan untuk memblok gerakan lawan, kita lihat betapa blundernya tim Ahok menggelar serangan sembako di hari tenang, tapi peran media secara positif justru mempersepsikan tindakan mereka negatif, mungkin mereka lupa sekarang era digital, ditangan setiap orang ada hp yang bisa bisa langsung dia rekam atau live lewat akun medsosnya dan merangkap sebagai wartawan dan peliput acara dan orang bisa lihat langsung di media sosial.



4. BARANG ITU PENTING.
       Secara survey masyarakat jakarta cukup puas dengan kepemimpinan Ahok, tapi apakah akan memilih kembali tenyata dibawah 50% akan memilihnya kembali, apa artinya tenyata Kagum dengan memilih adalah dua hal yang berbeda.

    Alasan yang paling utama adalah gaya berkomunikasi Ahok yang jauh dari unsur budaya ketimuran secara umumnya. Bicara yang sopan santun, yang lebih sejuk dan merangkul tidak bisa dipungkiri relatif tak dimiliki Ahok.

    Jika barang udah jelek mau dibungkus apapun akan ketahuan jeleknya pada akhirnya, pencitraan hanyalah menjadi beban untuk menutupi wajah asli yang sebenarnya sadar kalau barang tersebut ada cacatnya.

4. BERSATULAH
       Ini adalah inti dari kesemuanya, ternyata  jika umat itu kompak dan solid maka mereka akan memetik buahnya sendiri. Jika suara yang didengungkan umat juga disambut oleh para elit politik Islam maka itu bertemunya suara bawah dengan suara atas.

   Jangan lagi mau dipecah belah, saatnya elit politik Islam tidak memiliki penyakit rendah diri dan dia harus melihat peristiwa gejolak umat ini seakan-akan menegur para elitis, jika kalian tidak becus urus kami maka biarkanlah kami yang bergerak.

     Mari kita bercermin,  seringkali  para elit dihantui oleh penyakit ketakutan yang dia ciptakan sendiri tentang ketidakpastian kedepan, yang akhirnya menyeret mereka untuk memilih jalan pragmatisme.

        Sehingga yang terjadi kekuatan politik Islam di negeri ini seringkali dibenturkan dan mau diadu domba dengan sesama elemen umat oleh kepentingan jahat yang ingin menguasai negeri ini.
 
          Lihatlah bagaimana Pilkada DKI membuat umat  mengambil perannya sendiri, kekuatan yang selama ini di marginalkan tiba-tiba tampil kedepan menjadi arus utama perjuangan politik untuk selamatkan Jakarta dan indonesia sekaligus.

Ya Allah terimalah amal kami.

Sabtu, 15 April 2017

AHOK.MEMAKSA KAMI SEMUA MENJADI "WARGA JAKARTA".

     
Tak pelak lagi dari ratusan titik pilkada yang diselenggarakan secara serentak kemarin, mungkin satu-satunya titik yang menjadi magnet perhatian publik adalah pilkada DKI Jakarta, betapa tidak seluruh  media cetak elektronik sampai medsos menjadi ajang pertarungan serang menyerang  kandidat dan seolah-olah kita semua menjadi warga DKI Jakarta.

    Pertarungan pilkada  DKI bukanlah pertarungan sederhana antara seorang pasangan  Ahok - Djarot vs Anies-Sandy saja, tapi ini pertarungan seluruh elemen  kekuatan di negeri ini dan alat ukurnya sederhana, kita semua tiba-tiba menjadi "warga" DKI.

     Pertarungan ini telah memaksa setiap orang untuk mengambil posisi, mulai dari rakyat jelata hingga para artis papan atas sekalipun, itulah yang bisa menjelaskan pertarungan pilkada DKI ibarat sedang memilih seorang Presiden di negeri ini.

    Apa yang membuat semua orang berkepentingan dengan Pilkada ini ?, ini bukan analisa teori yah, setidaknya ini hanyalah menangkap tentang perasaan apa yang dirasa oleh kita semua, setidaknya saya pribadi.

      Ada satu faktor yang paling krusial yang menyebabkan Pilkada DKI menjadi dahsyat, bahwa keterlibatan secara perasaan emosional kolektif umat Islam akibat kasus sambutan Ahok di kepulauan Seribu yang kita kenal Al Maidah : 51. Sehingga Pilkada DKI telah memaksa umat Islam bereaksi, dari situlah awal semua persoalan ini. Kunjungan kerja tentang Ikan tak ada hubungannya dengan kampanye , tapi Ahok menyinggung hal yang  paling sakral dalam keyakinan umat Islam.

    Semua berawal dari situ  dan Ahok telah memaksa seluruh isi republik ini bereaksi, mulailah gelombang aksi bela Islam jilid 1  dst. Jangan salahkan umat bereaksi karena dirimulah yang memulai, tak puas dirimu terus memancing amarah isi negeri ini dan malah kau  jadikan bahan candaan kalimat al Maidah :54 dan kafir sebagai password wi-fi di area publik Jakarta.

    Ahok telah memaksa semua kita mengambil sikap, baik yang mendukungnya maupun yang melawannya lihatlah di halaman akun berbagai medsos terjadi perang yang luar biasa, mulai Sabang sampai Merauke semua terlibat dalam bagian ini.
   
     Semua sumber daya dukungan partai pendukungpun tak tanggung-tanggung, PDIP sebagai penyokong utama pasangan Ahok Djarot mewajibkan seluruh Alegnya berkontribusi dalam rangka pemenangan , sebagaimana Gerinda, PKS dan Demokrat, tapi begitulah kenyataannya, pilkada DKI menyedot semua anasir kekuatan.

     Dalam benak saya , pertarungan ini tidak akan berakhir sampai di Pilkada DKI saja, kini umat Islam dengan seluruh elemennya terlibat dan mereka sudah mendefinisikan sendiri cara memenangkan pertarungan ini, jadi sadarlah Ahok bahwa engkaulah yang telah mengundang dan memaksa semua kami tiba-tiba menjadi "warga DKI semuanya".

      Tensi perlawanan ini terus meninggi sejak november tahun lalu, seolah-olah semua isi negeri ini terbelah menjadi dua kutub politik saja, tapi itu faktanya. Apatah lagi dalam perjalanan ini seringkali umat "mencurigai" kekuatan negara ikut mensupport Ahok dan itu kelihatan jelas didepan mata dipertontonkan, sampai kasus terakhir dari pihak jaksa dengan alasan belum selesai mengetik atas tuntutan yang akan diberikan kepada sang terdakwa, sebelumnya lewat Kapolda DKI meminta sidang di tunda.

     Wajar saja semakin dekat hari pencoblosan semakin tinggi tensi perlawanan, dari warung kopi, pasar hingga gereja dan masjid sekalipun menjadi panggung pertarungan. Beberapa pengamat mengatakan bahwa sampai 2019 akan terjadi hard game atau permaianan yang keras dalam politik, sebab DKI ini adalah miniatur Indonesia , sebab  jabatan gubernur DKI juga bisa menjadi batu loncatan untuk menjadi presiden.

   Jadi mari manfaatkan sisa hari ini untuk mengajak seluruh teman, keluarga dan kerabat yang punya hak pilih di DKI untuk mengambil bagian dalam saham menyelamatkan negeri ini, bagaimana mungkin ada terdakwa penista agama akan memimpin ibukota negara ini, maka lawanlah dengan cara tidak memilihnya, Oke oce ! .

SW, warga Balikpapan yg ingin Ahok kalah.

APA JADINYA...?

APA JADINYA..?

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
orang baik yang lemah dan orang buruk yang kuat ?

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
Orang baik yang diam dan orang buruk yang mengatur ?

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
Orang baik yg hanya rajin ingin merubah hanya berdoa, dan orang buruk yang selalu rajin dengan bekerja.

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
Orang baik yg hanya mengumpat di balik dinding dan orang buruk yang bergerak di luar sana.

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
orang baik yang takut dan orang jahat yang semakin berani.

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
orang baik yang tak peduli dan orang jahat yang beringas berbuat.

Apa jadinya jika dunia hanya di isi oleh
orang baik yang bodoh dan orang jahat yang licik.

Apa jadinya...?
Menjadi apa kita..?

Jumat, 14 April 2017

SARA atau KEADILAN?

SARA atau KEADILAN ?

Saat Referendum Timor Timur lepas dari pangkuan pertiwi, apakah faktor SARA penyebabnya ?. Saat propinsi Papua minta Otonomi khusus, apakah faktor SARA penyebabnya  ?.

Apakah DI Aceh meminta hal khusus ttg daerahnya dan direstui pusat, bahkan partai lokal hanya ada disana, apakah SARA penyebabnya ?

itu tentang KEADILAN, jika kita bernegara sudah tak lagi menemukan keadilan atau negara tak lagi bisa menegakkan hukum & keadilan , maka marilah kita mulai hitung mundur umur integrasi kita..

Wahai negara,,,jangan kau perlakukan hukum ini pada banyak orang, tapi kau istimewakan yang lain.

Berapa banyak lagi kau biarkan orang yang meludahi kain persatuan negeri ini kemudian dengan kata maaf semuanya seolah-olah tenang.

Jangan kau biarkan kata toleransi menjadi alat perayu kepada mereka yang sudah di injak harga dirinya untuk diam.

Jangan kau jadikan kata sakti kebhinekaan untuk melindungi sikap intoleransi mereka yang merusaknya.

Rakyatmu hanya minta kau Adil menerjemahkan dan menegakkan siapa yang merusak itu !

Begitu mudah kau tangkap pembawa bendera merah putih bertuliskan kalimat suci syahadat yg karena mungkin ketidaktahuan yang bersangkutan, tapi begitu sulit kau cari seorang Iwan bopeng di negeri ini.

Begitu mudah kau tersangkakan seorang yang statusnya dianggap pemicu keretakan NKRI seperti buniyani tapi begitu sulitnya kau selesaikan ketikan tuntutan sang penista.

UMAT DULU & SEKARANG.


Dahulu itu, orang yang makmurkan masjid, itu juga orangnya yang menggerakkan pasar, seperti Abdurahman bin Auf.

Orang yang saban hari isi shaf sholat di masjid, itu juga orangnya yang selalu terdepan berkuda  saat perang membela Agama dan negaranya, seperti miqdad bin amir.

Orang yang tiap hari hadir di Masjid, itu juga orangnya yang piawai berdiplomasi, seperti  Amru bin Ash

Orang yang dahulu hidupkan masjid, itu juga yang hadir menebar kebijakannya dengan mempimpin rakyatnya, seperti Abu bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi thalib.

Orang yang dahulu hadir di masjid, sama juga orangnya yang selalu kerja keras menanam kurma dan merawatnya, seperti Salman al farisi.

Orang yang dahulu ke masjid, itu juga orangnya yang menyusun strategi dalam perang, seperti Hubbab bin Mundzir

Dulu yang di masjid ada di pasar
Dulu yang di masjid ada di pusat pemerintahan
Dulu yang di masjdi ada di pasukan
Dulu yang di masjid ada di lapangan.

Kini...

Yang di masjid tak kau temui lagi di pasar
Yang di masjid tak lagi kau temukan ia di tempat strategis.

Yang di masjid cukuplah engkau  di masjid
dan biarlah pasar di isi orang-orang  pasar.

Yang di Masjid biarlah di Masjid,
dan biarlah politik di isi orang-orang politik

Yang di masjid biarlah engkau di masjid,
dan biarlah urusan duniamu di urus orang2nya.

Lantas Muhammad saw, ikut dagang, punya pengalaman militer di usia dini, punya organisasi hilful fudhul saat 15 tahun, pebisnis handal, menikah, bertetangga, sampaiakan wahyu, buat negara, urus rakyat dan ummat, buat perdamaian dengan pihak Yahudi, korespondensi dengan para negara tetangga, angkat senjata bela negara, urus keluarga, jadi hakim dll,,,,,apa hanya iseng ?.

Rabu, 12 April 2017

Jiwa-Jiwa Badar.

Padahal saat itu perang sudah didepan mata,
Antar Pasukan sudah saling menatap,
Aroma kesombongan musuh sudah tercium dekat.
Saat itu cuma ada 2 pilihan bagi para sahabat
Maju berperang untuk melawan atau
Mundur teratur mencari aman.

Ini bukan inti dari peperangan,
Namun cuplikan diatas adalah satu wilayah
Bertempur dalam cerita besar perang Badar.
Yaitu bertempur dimedan jiwa,
Yaitu bertempur melawan diri mereka sendiri.

Saat itu mereka sudah mendefinisikan kemenangan mereka,
Bahwa pulang ke madinah dengan jumlah lengkap adalah kemenangan.
Mereka sangat beralasan, karena pasukan ini tadinya bukan
Diniatkan untuk berperang, cuma ingin ''menakut-nakuti''.
Kelompok dagang abu sufyan agar bisa merebut 1000 unta.
Pasukan sejumlah 314 orang, hanya berbekal 2 ekor kuda perang
& 70 pasukan pemanah, belum pernah menyandang gelar menang
apa harus nekat berperang...?

''Apakah kita ingin menyetor nyawa kita ke sana,wahai Rasul ?''.
Kekalahan sudah di depan mata.
Gelar kalah sudah jelas menanti kita.
Beberapa sahabat  sampai bertanya demikian.

Saudaraku,,,,
Ini tentang bunga jiwa yang memilih layu sebelum mekar
Ini tentang mentalitas jiwa yang terlalu
Mematerialkan sebab-sebab kemenangan.

''Berikan pendapat kalian, wahai sahabatku !?''
Rasulullah saw cuma ingin memecah suasana jiwa 314 sahabatnya.
Setiap kali Nabi mendengar jawaban sahabat,
Maka beliau selau mengulangi pertanyaan tersebut.
Ternyata nabi membaca isi jiwa beberapa sahabat, bahwa mereka
Belum satu frekuensi dalam jawaban.

''Sepertinya kami yang engkau minta menjawabnya, wahai Rasulullah?''
Tiba-tiba Saad bin Muadz berbicara, salah seorang petinggi Anshar.
''Benar, kalianlah yang aku tunggu''.

Dalam situasi seperti ini, kita membutuhkan jawaban seperti ini :
''Wahai Rasulullah berperanglah, maka kami akan menyertaimu,
Kami bukanlah pengikut Musa as yang mengatakan kepadanya,
Berangkatlah menuju Tuhan-Mu & berperanglah kalian yang
mengusulkan dan biarkan kami hanya duduk di sini,
jika engkau berperang ke dasar lautan maka kamipun akan
Menyertaimu''

terang wajah Rasul, gembira ria
Karena ini bukan sekedar jawaban lisan,
Namun ini adalah gelora iman di dalam jiwa.

Saudaraku...mengalahkan musuh didalam hati
Jauh lebih sulit daripada musuh yang kita lihat dialam fisik.
Bahwa memenangkan rasa optimismu dari rasa pesimismu
Bahwa memenangkan rasa percaya dirimu dari rasa takberdayamu
Adalah pertarungannya di medan jiwamu sendiri,
Itulah medan pertarungan tanpa batas,
Seluas ketidakterbatasanmu dalam bermimpi.
Sebab ...
menang & kalah,
Sukses & gagal
hanya bisa kita rasakan
Jika kita BERTEMPUR